Ibnu Sina, Sang Tokoh
Kesehatan Islam
Ibnu Sina
atau Avicenna merupakan seorang dokter, ilmuwan, filsuf sekaligus pahlawan.
Ibnu Sina lahir pada abad ke-10 atau tepatnya pada tahun 340H/980 M di sebuah
wilayah di Persia bernama Afsyana, Bukhara yang kini masuk wilayah negara
Uzbekistan dan meninggal pada tahun 428H/1037 M di Hamadzan dalam usia 57
tahun. Ibnu Sina dilahirkan dengan nama lengkap Abu Ali Al-Husain bin Abdullah
bin Sina. Pada masa remaja, Ibnu Sina sudah menghafal Al-Quran dan menguasai
dasar-dasar ilmu fisika, metafisika, logika, dan kedokteran.
Bakatnya
dibidang kesehatan terlihat ketika pada usianya ke-17 tahun, berhasil mengobati
penyakit Khalifah Nuh ibn Al-Manshur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti
Samaniah. Padahal banyak tabib dan ahli pengobatan yang hidup pada masa itu
tidak satupun yang sukses menyembuhkan penyakit sang khalifah. Berkat
kepiawaiannya itulah, Ibnu Sina diberi kebebasan mengakses buku-buku literatur
koleksi pribadi sang khalifah, dimana pada saat itu buku-buku yang memuat ilmu
pengetahuan masih sangat langka sehingga jarang ditemukan. Koleksi buku sang
khalifah disimpan dalam perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Sebenarnya,
Ibnu Sina juga diberi penghargaan tinggal di istana sang khalifah tetapi
ditolaknya secara halus dan lebih memilih memperluas wawasannya melalui
perpustakaan sang penguasa Dinasti Samaniah.
Di bidang
kedokteran ia mendapat julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para
pembesar negeri pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan.
Para pembesar negeri tersebut di antaranya Ratu Sayyidah serta Sultan Majdud
dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadzan, dan Alaud Dawla dari Isfahan. Karenanya
dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai Bapak ilmu kedokteran.
Karya
monumentalnya yang terkenal di kalangan ilmuwan Barat adalah Canon of
Medicine (Aturan Pengobatan)
atau dalam bahasa Arab Qanun
fi Thib yang terbit pada
tahun 1323 M di India dan tahun 1593 M di Roma. Buku ensiklopedia ini berisi
jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan dan memperkenalkan penyembuhan
secara sistematis, serta dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya. Buku
inilah yang menobatkan Ibnu Sina sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Beliau pertama
kali mengungkap, mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara
lengkap. Kemudian ia mengambil kesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia,
dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan. Ibnu Sina juga
adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan
jiwa berkaitan erat dan saling mendukung. Dalam ilmu kedokteran kontemporer,
Ibnu Sina sangat berjasa dalam bidang pathologi dan farmasi, yang menjadi
bagian penting dari ilmu kesehatan dan kedokteran.
Melalui
buku Qanun fi Thib, Ibnu Sina sebagai orang pertama yang menemukan
peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh
William Harvey. Beliau juga tercatat pertama kali mengatakan bahwa bayi selama
masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya. Ibnu Sina juga
banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga, dimana tumbuh -
tumbuhan banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang
selaput otak (meningitis). Ibnu Sina yang pertama kali mempraktekkan pembedahan
penyakit-penyakit bengkak yang ganas lalu menjahitnya. Ibnu Sina juga terkenal
sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini disebut
psikoterapi.
Karya lain
dari Ibnu Sina adalah Asy-Syifa. Karya
Ibnu Sina ini mengulas cara-cara pengobatan sekaligus obatnya dan kini menjadi semacam
ensiklopedia filosofi dunia kedokteran, terdiri dari 18 jilid. Buku tersebut
dicetak lintas negara seperti di Roma pada tahun 1593 M dan di Mesir pada tahun
1331 M. Naskah selengkap buku As-Syifa {The Book of Recovery or The Book
of Remedy (Buku tentang Penemuan, atau Buku tentang Penyembuhan)} sekarang
ini tersimpan di Oxford University London.
Mengingat
pentingnya karya Ibnu Sina, pemerintah Arab Saudi bekerjasama dengan pemerintah
Mesir membentuk panitia penyunting “Ensiklopedia
Asy-Syifa” pada tahun 1951. Sementara Bab ke-6 dari buku As-Syifa yang mengulas tentang landasan
psikologi modern diterjemahkan dan diterbitkan oleh sebuah lembaga keilmuan di
Praha dan juga diterjemahkan kedalam Bahasa Prancis. Sepanjang hidupnya Ibnu
Sina menulis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang yang diminatinya
yang jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku maupun risalah.
Mengingat
betapa banyak jasa dan kontribusi Ibnu Sina di bidang kesehatan, maka kita
sebagai penerus harus melanjutkan dan mengembangkan pemikiran kita untuk terus
berkarya dan mencoba untuk menemukan penemuan baru yang nantinya akan berguna
di masa yang datang.