Jumat, 28 Agustus 2015

Biografi Tokoh Kesehatan



Ibnu Sina, Sang Tokoh Kesehatan Islam
            Ibnu Sina atau Avicenna merupakan seorang dokter, ilmuwan, filsuf sekaligus pahlawan. Ibnu Sina lahir pada abad ke-10 atau tepatnya pada tahun 340H/980 M di sebuah wilayah di Persia bernama Afsyana, Bukhara yang kini masuk wilayah negara Uzbekistan dan meninggal pada tahun 428H/1037 M di Hamadzan dalam usia 57 tahun. Ibnu Sina dilahirkan dengan nama lengkap Abu Ali Al-Husain bin Abdullah bin Sina. Pada masa remaja, Ibnu Sina sudah menghafal Al-Quran dan menguasai dasar-dasar ilmu fisika, metafisika, logika, dan kedokteran.
            Bakatnya dibidang kesehatan terlihat ketika pada usianya ke-17 tahun, berhasil mengobati penyakit Khalifah Nuh ibn Al-Manshur (976-997), salah seorang penguasa Dinasti Samaniah. Padahal banyak tabib dan ahli pengobatan yang hidup pada masa itu tidak satupun yang sukses menyembuhkan penyakit sang khalifah. Berkat kepiawaiannya itulah, Ibnu Sina diberi kebebasan mengakses buku-buku literatur koleksi pribadi sang khalifah, dimana pada saat itu buku-buku yang memuat ilmu pengetahuan masih sangat langka sehingga jarang ditemukan. Koleksi buku sang khalifah disimpan dalam perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Sebenarnya, Ibnu Sina juga diberi penghargaan tinggal di istana sang khalifah tetapi ditolaknya secara halus dan lebih memilih memperluas wawasannya melalui perpustakaan sang penguasa Dinasti Samaniah.
            Di bidang kedokteran ia mendapat julukan Pangeran Para Dokter dan Raja Obat. Banyak para pembesar negeri pada masa itu yang mengundangnya untuk memberikan pengobatan. Para pembesar negeri tersebut di antaranya Ratu Sayyidah serta Sultan Majdud dari Rayy, Syamsu Dawla dari Hamadzan, dan Alaud Dawla dari Isfahan. Karenanya dalam dunia Islam, ia dianggap sebagai Bapak ilmu kedokteran.
            Karya monumentalnya yang terkenal di kalangan ilmuwan Barat adalah Canon of Medicine (Aturan Pengobatan) atau dalam bahasa Arab Qanun fi Thib yang terbit pada tahun 1323 M di India dan tahun 1593 M di Roma. Buku ensiklopedia ini berisi jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan dan memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, serta dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya. Buku inilah yang menobatkan Ibnu Sina sebagai Bapak Kedokteran Dunia. Beliau pertama kali mengungkap, mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap. Kemudian ia mengambil kesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan. Ibnu Sina juga adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa berkaitan erat dan saling mendukung. Dalam ilmu kedokteran kontemporer, Ibnu Sina sangat berjasa dalam bidang pathologi dan farmasi, yang menjadi bagian penting dari ilmu kesehatan dan kedokteran.
            Melalui buku Qanun fi Thib, Ibnu Sina sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Beliau juga tercatat pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya. Ibnu Sina juga banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga, dimana tumbuh - tumbuhan banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (meningitis). Ibnu Sina yang pertama kali mempraktekkan pembedahan penyakit-penyakit bengkak yang ganas lalu menjahitnya. Ibnu Sina juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara - cara modern yang kini disebut psikoterapi.
            Karya lain dari Ibnu Sina adalah Asy-Syifa. Karya Ibnu Sina ini mengulas cara-cara pengobatan sekaligus obatnya dan kini menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia kedokteran, terdiri dari 18 jilid. Buku tersebut dicetak lintas negara seperti di Roma pada tahun 1593 M dan di Mesir pada tahun 1331 M.  Naskah selengkap buku As-Syifa {The Book of Recovery or The Book of Remedy (Buku tentang Penemuan, atau Buku tentang Penyembuhan)} sekarang ini tersimpan di Oxford University London.
            Mengingat pentingnya karya Ibnu Sina, pemerintah Arab Saudi bekerjasama dengan pemerintah Mesir membentuk panitia penyunting “Ensiklopedia Asy-Syifa” pada tahun 1951. Sementara Bab ke-6 dari buku As-Syifa yang mengulas tentang landasan psikologi modern diterjemahkan dan diterbitkan oleh sebuah lembaga keilmuan di Praha dan juga diterjemahkan kedalam Bahasa Prancis. Sepanjang hidupnya Ibnu Sina menulis berbagai macam karya yang berkaitan dengan bidang yang diminatinya yang jumlahnya mencapai 250 karya, baik dalam bentuk buku maupun risalah.
            Mengingat betapa banyak jasa dan kontribusi Ibnu Sina di bidang kesehatan, maka kita sebagai penerus harus melanjutkan dan mengembangkan pemikiran kita untuk terus berkarya dan mencoba untuk menemukan penemuan baru yang nantinya akan berguna di masa yang datang.

Proses Pembuatan Gerakan Senam




OSMB jurusan Kesehatan Masyarakat UNSOED memiliki berbagai kegiatan untuk mengenalkan mahasiswa baru tentang seperti apa dunia perkuliahan dan tentang jurusan KesMas itu sendiri, salah satunya dengan menugaskan kepada angkatan mahasiswa baru yaitu angkatan 2015 untuk melakukan gerakan senam.

Pada sore hari pada 26 Agustus 2015 setelah mengikuti kegiatan PKKM, kami satu angkatan berkumpul di lapangan Karangwangkal untuk membuat gerakan-gerakan senam selama 15 menit. Dengan mengkombinasikan berbagai lagu, kami membuat koreografinya. Sebagian adalah gerakan gerakan lazim dalam senam-senam kebugaran jasmani yang tentunya sudah sangat familiar di kalangan masyarakat umum, namun sebagian adalah gerakan-gerakan modern yang kami kreasikan sendiri dengan Oli sebagai sang instruktur kami.

Pada 28 Agustus 2015, kami kembali berkumpul di tempat yang sama untuk melancarkan gerakan-gerakan senam sekaligus membuat yel-yel untuk angkatan. Semua larut dalam kebahagiaan hingga tak terasa hari semakin gelap dan kami harus berpisah.

Jurnal Internasional tentang Penyakit

 Untuk mengunggah
Klik link di bawah ini, kemudian akan ke google drive, klik kanan file pdf 612403 lalu unduh
https://drive.google.com/drive/my-drive

sumber :


dari


Essay tentang Kebijakan Pemerintah di Bidang Kesehatan



Kesehatan adalah hal yang mutlak bagi kehidupan semua orang. Kesehatan menjadi hal kunci untuk mewujudkan Indonesia yang maju. Seperti halnya pendidikan, kesehatan juga menjadi tolok ukur suatu negara dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Biasanya, Negara yang maju pesat adalah Negara-negara dengan tingkat kualitas pelayanan kesehatan yang baik. Hal ini tentu menjadi suatu tantangan pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut. Sebagaimana mestinya, pemerintah telah melakukan langkah-langkah tersebut.

Banyak pro dan kontra yang dilontarkan oleh masyarakat tentang kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan. Disisi lain menyejahterakan masyarakat dalam hal ini dalam bidang kesehatan adalah hal yang mutlak bagi pemerintah sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat 1 yaitu “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Dalam hal ini tentunya tanpa kerkecuali. Namun pada praktiknya, pemerintah nampaknya harus bekerja ekstra keras dalam mewujudkan harapan Indonesia sehat dan pelayanan kesehatan yang memadai. 

Pemerintah pun telah banyak mengeluarkan “jurus jitu” untuk menjawab tantangan ini. Di tahun 2015 inilah bangsa Indonesia menyaksikan pelaksanaan sistem kesehatan nasional dan salah satunya Jaminan Kesehatan Nasional yang sering kita dengar BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)
Banyak program-program dari BPJS yang bertujuan untuk memberiakn keuntungan yang sebanyak mungkin bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin seperti pelayanan kesehatan gratis serta sejumlah program-program lainnya.

Namun, walaupun banyak hal menguntungkan dalam BPJS, kebijakan ini nampaknya tidak ditunjang dengan keseimbangan dari tenaga medis. Melihat dari data Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan jumlah tenaga medis di Indonesia masih jauh dari cukup, sesuai data base SDM Kesehatan jumlah tenaga medis sebanyak 891.897 Tenaga Medis, dan presentase dari berbagai wilayah masih kurang merata seperti wilayah Sumatra sebanyak 234.587 (26,3% ) tenaga medis, Wilayah Jawa Bali 435.877 (48,87 %) Tenaga Medis, Wilayah Kep Nusa Tenggara 35.729 ( 4,01 % ) Tenaga Medis, wilayah Kalimantan 66.864 ( 7,5%) tenaga medis, wilayah Sulawesi 84.555 ( 9,48%) tenaga medis, wilayah Kepulauan Maluku 15.947 ( 1,74%) Tenaga medis, dan Wilayah Papua 18.372 ( 2.06%)

Dari hal diatas tentu saja menimbulkan dampak baru, apalagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237.641.326 jiwa yang tentu saja kualitas pelayanan kesehatan untuk masyarakat Indonesia menjadi kurang maksimal. Perlu adanya penambahan jumlah tenaga medis di Indonesia untuk memenuhi standar pelyanan kesehatan yang baik tersebut.

Disamping penambahan jumlah tenaga medis, perbaikan sarana prasarana penunjang pelayanan kesehatan masyarakat perlu juga ditingkatkan, yakni dengan menambah unut-unit tempat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan Puskesmas. Data dari Badan Pusat Statistik fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan Puskesmas masih minim yaitu 2.083 Rumah Sakit dan 9.510 Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu pula, perlu juga menambah kualitas dari pelyanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu itu sendiri. Banyak ditemui di lapangan yakni perbedaan dalam perlakuan pasien antara kelas 1 atau VIP dengan kelas 3. Boleh saja berbeda fasilitas tetapi tidak dibenarkan apabila membedakan perlakuannya. Sebagai seseorang yang mengabdi untuk masyarakat, sudah tentunya para tenaga medis bersikap dengan bijak.

Sudah seperlunya bahwa pemerintah untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Karena kesehatan adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi untuk kesejahteraan. Kita berharap saja agar ke depannya pemerintah dapat memperbaiki kondisi ini.

sumber data :